Halaman

Efek bintang

Selasa, 17 September 2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DIAWALI PRETEST TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DIAWALI  PRETEST TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

                                 Maiderawati1), Gusmaweti2), dan Lisa Deswati2)
                                   1)    : Mahasiswa Pendidikan Biologi  FKIP
                                         2)    : Dosen Pendidikan Biologi
                                         Program Studi Pedidikan Biologi
                  Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
                                   Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan
                                                  Universitas Bung Hatta

ABSTRACT. A research about cooperative learning model type snowball throwing had been done, started with pretest because of the low score in student’s achievement, less participation and less understanding of the students about the lesson. This research is was done for knowing the effect of using cooperative learning model type snowball throwing started with pretest to students of VIII grade in SMP Negeri 18 Padang achievement in biology lesson academic year 2012/2013. This  is an eksperimental research with Randomized Control Group Posttest Only Design research design. The population of the research one students in VIII grade SMP Negeri 18 Padang academic year 2012/2013. With purposive sampling and randomize technique, the experiment class is VIII.1 and the control class is VIII.2. the hypothesis was done by t-test, because the data are normal distributied and homogen variance. The result of the students learning in cognitif aspect was got with the mean of the exsperimen class was 80,57 and control class 75,26. (α = 0,05) that tcount = 2,59 and ttable = 1,67 means that tcount > ttable, so the hypothesis H1 was acceptied. This learning model also has a positive impact with effectivity and psychomotoric aspect of the students it can be concluded that the use of cooperative learning model type snowball started with pretest has a positive impact to the student is achievement of VIII grade, SMP negeri 18 Padang, academic year 2012/2013. In running of cooperative learning model type snowball throwing needs time dicipline so that the time allocation could be used well.
Key Words: Cooperative learning, pretest, student’s achievement.

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest yang dilatar belakangi oleh hasil belajar siswa rendah, kurangnya partisipasi siswa dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing diawali Pretest Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Posttest Only Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Padang tahun pelajaran 2012/2013. Dengan teknik purposive sampling dan melalui random, maka kelas eksperimen adalah kelas VIII.1 dan kelas kontrol adalah kelas VIII.2. Hipotesis dilakukan dengan uji-t, karena data terdistribusi normal dan variansi homogen. Hasil belajar siswa aspek kognitif diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 80,57 dan kelas kontrol 75,26. (α = 0,05) diperoleh thitung = 2,59 dan ttabel 1,67 berarti thitung >ttabel, maka hipotesis H1 diterima. Model pembelajaran ini juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa aspek afektif dan psikomotorik. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing memerlukan disiplin waktu supaya alokasi waktu dapat dimanfaatkan dengan baik.
Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif, pretest, hasil belajar

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama dari keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Melalui pendidikan nilai budaya bangsa harus dipelihara, dibina dan dikembangkan untuk meningkatkan harkat martabat manusia Indonesia (Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan (2008:29). Tujuan yang akan dicapai dalam proses pendidikan adalah kedewasaan rohani dan jasmani. Kedewasaan yang dimaksud adalah manusia yang bisa mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta kehidupan sebagai makhluk yang beragama.
Berdasarkan observasi selama praktek lapangan pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 dan hasil wawancara penulis dengan guru biologi kelas VIII SMP Negeri 18 Padang, terungkap bahwa guru biologi masih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi, diawal proses belajar mengajar dilaksanakan pretest yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pelajaran, namun cara ini masih belum meningkatkan pemahaman siswa, dan penggunaan model pembelajaran dengan tipe tertentu tidak diterapkan di SMP ini.
Kurangnya pemahaman siswa pada materi pelajaran terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa tersebut kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran, hanya sebagian siswa saja yang ikut berpartisipasi dalam belajar, dan sebagian siswa lainnya terlihat pasif dalam proses pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa SMP ini bisa dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rata-Rata ulangan harian 1 semester ganjil mata pelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 18  Padang Tahun Pelajaran 2012/2013

Nomor    Kelas    Jumlah Siswa    Nilai Rata-Rata      
1    VIII1    37    65,24      
2    VIII2    39    69,57      
3    VIII3    40    58,83      
4    VIII4    39    68,28      
5    VIII5    39    56,41      
6    VIII­6    39    61,69      
7    VIII7    39    65,28      
8    VIII8    38    51,36      
9    VIII9    38    ­62,76      
Nilai Rata-Rata Ulangan Harian 1 Kelas VIII    62,15   
(Sumber : Guru mata pelajaran Biologi SMP Negeri 18 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013)
Berdasarkan tabel 1 hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Padang diatas belum ada yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), dimana KKM untuk mata pelajaran Biologi ini adalah 75.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut (Farhan (2011:2).

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ Apakah Ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing diawali Pretest Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013?”
Tujuan Penelitian
1.    Mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing diawali Pretest Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.    Mengetahui hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik melalui rubrik penilaian afektif dan rubrik penilaian psikomotorik.
TINJAUAN LITERATUR
Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut (Farhan, 2011:2).
Uno, dkk (2012:88), menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran snowball throwing  adalah sebagai berikut:
1.    Guru menyampaikan materi yang akan disajikan;
2.    Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi;
3.    Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya;
4.    Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok;
5.    Kemudian, kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar oleh satu siswa kesiswa yang lain selama lebih kurang 5 menit;
6.    Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian;
7.    Guru memberikan kesimpulan;
8.    Evaluasi;
9.    Penutup;
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 18 Padang khususnya kelas VIII tepatnya pada pertengahan bulan november hingga desember. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat dua jenis kelas yaitu kelas eksperimen, dan kelas kontrol.  Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional diawali pretest. Rancangan penelitian ini adalah Randomized Control Group Posttest Only Design.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013. teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Dengan kriterian berdasarkan guru sama, rata-rata nilai dan aktivitas yang mendekati sama.
Berdasarkan kriteria yang digunakan, maka kelas sampel adalah kelas VIII.1 dan VIII.2, selanjutnya dengan cara random untuk penentuan kelas eksperimen dan kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas VIII.1 dan kelas kontrol adalah kelas VIII.2.
Penelitian ini didasari oleh dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar biologi siswa ranah kognitif langsung dari tes akhir siswa, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik melalui rubrik penilaian afektif dan psikomotorik.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1.    Tahap persiapan
2.    Menentukan tempat penelitian.
3.    Menetukan jadwal penelitian.
4.    Menentukan populasi dan sampel.
5.    Menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
6.    Pada kedua kelas sampel, mempersiapkan RPP dan materi ajar dari materi yang akan diajarkan.
7.    Mempersiapkan hal-hal yang mendukung pembelajaran pada kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional diawali pretest.
8.    Mempersiapkan instrumen penelitian.
9.    Menjelaskan cara menerapkan model pemebelajaran kooperatif tipe snowball trhowing, serta membagi kelompok dari masing-masing siswa. Kemudian menjelaskan kepada siswa bahwa setiap awal pertemuan akan diadakan pretest, tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut, dan peneliti meminta agar siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pretest pada setiap pertemuan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tabel 2. Tahap pelaksanaan

Kelas Eksperimen      
A.    Kegiatan Pendahuluan

a.    Pembukaan berupa salam dan berdoa.
b.    Guru memperhatikan kesiapan ruang, alat dan media yang dibutuhkan untuk belajar.
c.    Guru mengecek kehadiran siswa
d.    Guru memeriksa kesiapkan siswa untuk menerima pelajaran

e.    Guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari.
f.    Guru memberikan motivasi kepada siswa
g.    Guru menyampaikan judul pelajaran dan menuliskannya di papan tulis.
h.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa
      
B.    Kegiatan Inti

a.    Guru meminta siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti pretest.
b.    Guru meminta siswa duduk pada masing-masing kelompok yang telah dibagi, kelompok disini terdiri dari 6 kelompok
c.    Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
d.    Guru membuat papan nilai di depan kelas.
e.    Guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi dan teknik diskusi yang akan dilakukan
f.    Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya, kemudian menjelaskan materi dan teknik diskusi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
g.    Guru memberi waktu siswa mendalami materi ±10 menit
h.    Kemudian masing-masing kelompok diberi satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok dan jawaban pertanyaan tersebut dikertas yang lain. Pada pertemuan pertama yang membuat soal adalah kelompok I, II, dan III,  sedangkan yang menjawab pertanyaan adalah kelompok IV, V dan VI.
i.    Kemudian, kertas tersebut dibuat seperti bola dan diberikan oleh satu kelompok kekelompok yang lain selama lebih kurang 5 menit
j.    Sedangkan kertas jawabannya dikumpulkan kepada guru.
k.    Setelah kelompok mendapatkan satu bola/ satu pertanyaan, kelompok diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian.
l.    Jika tidak dapat menjawab maka kelompok tersebut dianggap gagal dan pertanyaan tersebut dijawab oleh kelompok yang membuat soal. Dan begitu seterusnya.
Guru memberikan penekanan konsep pada hal-hal yang dianggap penting.      
Kegiatan Penutup

a.    Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
b.    Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif
c.    Guru menyampaikan materi untuk pertamuan selanjutnya dan menyuru siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti pretest pada pertemuan selanjutnya.
d.    Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup
   
 
Kelas Kontrol      
A.    Kegiatan Pendahuluan

a.    Pembukaan berupa slam dan berdoa
b.    Guru memperhatikan kesiapan ruang, alat dan media yang dibutuhkan untuk belajar
c.    Guru mengecek kehadiran siswa
d.    Guru memeriksa kesiapan siswa untuk menerima pelajaran
e.    Guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari
f.    Guru memberikan motivasi kepada siswa
g.    Guru menulis judul pelajaran dipapan tulis dan
h.    Guru  menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
      
Kegiatan Inti

a.    Guru meminta siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti pretest
b.    Guru menjelaskan materi pelajaran secara rinci kepada siswa
c.    Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang dipelajari
Guru memberikan penguatan untuk menyamakan konsep dan persepsi yang dipelajari      
Kegiatan Penutup

a.    Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
b.    Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif
c.    Guru menyampaikan materi untuk pertamuan selanjutnya dan menyuru siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti pretest pada pertemuan selanjutnya.
d.    Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup
   
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dari proses pelaksanaan. Evaluasi dilaksanakan dengan memberikan tes akhir untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep yang diberikan.
Untuk mengukur hasil belajar, keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok dilakukan tes, dengan memberikan serentetan pertanyaan , latihan atau instrumen lain.
Untuk mengetahui apakah instrumen itu layak atau tidak maka perlu di uji validitas, reliabilitas, Tingkat kesukaran, dan daya pemebeda. Dan untuk mengetahui hasil belajar siswa aspek afektif dan psikomotorik digunakan rubrik penilaian aspek afektif dan psikomtorik.
Dari analisis data yang penulis lakukan untuk uji normalitas menggunakan uji liliefors dan  kedua kelas sampel terdistribusi normal dan untuk uji homogenitas dengan menggunakan uji F dan kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu uji hipotesis digunakan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 18 Padang, khususnya kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol diperoleh data primer yaitu hasil belajar biologi siswa. Data tersebut diperoleh dari tes akhir penelitian. Pada tes akhir digunakan soal objektif dengan 20 soal tes dari 50 soal tes uji coba, dengan 4 pilihan jawaban, peserta tes akhir diikuti oleh 35 siswa kelas eksperimen dan 39 siswa kelas kontrol.
Berdasarkan analisis jawaban siswa setelah dilakukan tes akhir, diperoleh data hasil belajar siswa, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians Kedua Kelas Sampel

Kelas Sampel    N       X̅          S         S²      
Eksperimen       35    80,57    8,38    70,25      
Kontrol             39    75,26    8,66    74,93   
Keterangan:
n  = jumlah anggota sampel
X̅ = nilai rata-rata
S = simpangan baku
S² = Varians

45
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diawali pretest (rata-rata 80,57) lebih tinggi dari hasil belajar siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional diawali pretest (rata-rata 75,26).
Setelah dilakukan tes akhir maka hasil dari tes akhir tersebut dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas digunakan uji liliefors seperti yang telah dikemukakan pada teknik analisis data. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas               n        α          L0          Lt       Keterangan      
Eksperimen    35    0,05    0,0993    0,1498    Normal      
Kontrol           39    0,05    0,1137    0,1419    Normal   
Keterangan:
L0 = harga mutlak yang besar
Lt =harga yang terdapat pada tabel statistik

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa kedua kelas sampel memiliki L0 < Lt, berarti data kedua kelas sampel terdistribusi normal..
Untuk mengetahui apakah kedua kelas sampel memiliki varians homogen atau tidak, maka dilakukan uji F sesuai dengan teknik analisis data yang telah dikemukakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Kelas sampel

Kelas               n        S         S²     Fhitung    Ftabel    Kesimpulan      
Eksperimen    35    8,38    70,25    1,067    1,74        Homogen      
Kontrol           39    8,66    74,93               

Dari tabel 5 terlihat kedua kelas sampel memiliki Fhitung < Ftabel bararti kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen.
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas maka dilakukan uji hipotesis, sesuai dengan data yang terdistribusi normal dan varians yang homogen maka digunakan uji t. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Uji Hipotesis Kelas Sampel

Kelas Sampel    N    X̅            S         S²    thitung    ttabel      
Eksperimen    35    80,57    8,38    70,25    2,59      1,67      
Kontrol           39    75,26    8,66    74,93           

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa thitung > ttabel, maka dapat dikatakan hipotesis H1 diterima.
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang positif dari hasil belajar siswa kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diawali pretest  dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional diawali pretest.
Tabel 7. Persentase penilaian hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik


Per-
Ke:    K. Eksperimen    K. Kontrol     
    A(%)    P(%)    A(%)    P(%)     
 I    79        78      76          76     
II    81         80    78           77     
III    82        81    78          78     
Ʃ    242    239     232       231     
̅X    81       80       77          77    
   

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase penilaian aspek afektif kelas eksperimen (81 %) lebih tinggi dari kelas kontrol (77%), dan untuk penilaian asfek psikomotorik kelas eksperimen (80%) lebih tinggi dari kelas kontrol (77%).
Dari hasil penelitian didapat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol dengan rata-rata kelas eksperimen 80,57 dan kelas kontrol 75,26. Secara statistik hasil belajar kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berpengaruh positif.
Setelah dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap hasil belajar, maka diperoleh thitung > ttabel (α 0,05), dengan demikian hipotesis hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest lebih baik dari pada menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 80,57 lebih tinggi dari kelas kontrol 75,26.
Tingginya hasil belajar pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini karena pada model ini memberikan konsep pemahaman pada materi. Seperti yang diungkapkan Farhan (2011:2) bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.
Selain memberikan pemahaman pada materi model ini juga melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Dan setiap siswa dituntut untuk berperan aktif didalam kelompokknya, dengan demikian semua anggota kelompok mengerti dengan materi yang dipelajari.
Dalam model pembelajaran ini siswa juga dituntut untuk menjadi pendengar yang baik, sehingga pesan tersampaikan sebagaimana mestinya. Pesan ini adalah berupa materi pelajaran yang bermanfaat bagi siswa. Sedangkan pada metode konvensional siswa hanya mendengarkan materi yang disampaikan guru. Sehingga siswa menjadi bosan dan cendrung ribut saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pada pembelajaran kooperatif snowball throwing pada SMP Negeri 18 Padang  ini lebih banyak siswa yang bekerja, sehingga seluruh siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok, hal ini dapat dilihat dari persentase penilaian hasil belajar siswa asfek afektif dan psikomotorik yang diamati langsung oleh guru mata pelajaran biologi, jadi dengan keterlibatan ini maka secara tidak langsung siswa memahami materi yang didiskusikan dalam kelompok.
Namun ada kelemahan dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada SMP Negeri 18 Padang ini, yaitu kurangnya waktu saat pembelajaran, yang menyebabkan hal ini adalah kurangnya pemahaman materi yang diberikan, sehingga untuk menguasai materi yang diberikan maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pembelajaran yang diawali pretest, dengan adanya pretest akan menggambarkan kemampuan dasar dari siswa.
Selain hasil belajar aspek kognitif, dalam penelitian ini juga dilihat hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik.
Dilihat dari tabel 7 bahwa nilai afektif dan psikomotorik kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Untuk nilai afektif  kelas eksperimen pada pertemuan pertama 79 %, pertemuan kedua 81 % dan pertemuan ketiga 82%, sedangkan kelas kontrol untuk pertemuan pertama 76 %, pertemuan kedua 78 % dan pertemuan ketiga 78%. Sedangkan untuk nilai psikomotorik kelas eksperimen pada pertemuan pertama 78 %, pertemuan kedua 80 %, dan pertemuan ketiga 81 %, sedangkan kelas kontrol pertemuan pertama 76%, pertemuan kedua 77 % dan pertemuan ketiga 78%.
Sehingga nilai rata-rata afektif kelas eksperimen 81%, sedangkan kelas kontrol 77 %, untuk nilai rata-rata psikomotorik kelas eksperimen 80 %,sedangkan kontrol  77 %.
Jadi nilai afektif dan psikomotorik kelas eksperimen tergolong baik sekali, sedangkan nilai afektif dan psikomotorik kelas kontrol tergolong baik, sejalan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Sudjiono (1995: 35) bahwa persentase 80 keatas predikatnya tergolong baik sekali dan presentase 66-79 predikatnya tergolong baik.
Lebih baiknya nilai afektif dan psikomotorik kelas eksperimen dari kelas kontrol ini berkaitan dengan kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini, dimana dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kelompoknya, siswa juga dilatih untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya.
Serta dalam model pembelajaran ini siswa di tuntut menjadi pendengar yang baik, sehingga pesan tersampaikan sebagaimana mestinya. Jadi dengan adanya kelebihan yang diuraikan di atas maka akan berpengaruh positih terhadap hasil belajar siswa aspek afektif dan psikomotorik.
Sesuai menurut Farhan (2011:2) bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Dan melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Sedangakan pada kelas kontrol pembelajarannya hanya dengan menggunakan metode konvensional, siswa hanya mendengarkan materi yang disampaikan guru, dan siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa peneliti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing telah dilakukan, Ferry (2011) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif pada penerapan model pembelajaran snowball throwing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Adabiah Padang tahun pelajaran 2010/2011, ini ditandai dengan perbandingan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada kelas eksperimen nilai rata-ratanya 68,25 sedangkan kelas kontrol 53,82.
Selanjutnya dalam penelitian Sari (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang diawali tugas rumah dapat mempengaruhi hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 7 Padang, dimana rata-rata nilai hasil kelas eksperimen adalah 78,83 dan kelas kontrol 68,71.
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi siswa. ini terbukti dengan diperolehnya skor akhir penelitian yang lebih tinggi pada kelas eksperimen.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:
1.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Padang tahun pelajaran 2012/2013.
2.    Hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol dengan rata-rata kelas eksperimen 80,57 dan kelas kontrol 75,26.
3.    Hasil belajar aspek afektif kelas eksperimen (rata-rata 81%)  lebih baik dari kelas kontrol (rata-rata 77%), dan hasil belajar aspek psikomotorik kelas eksperimen (rata-rata 80%) lebih baik dari kelas kontrol (77%).
Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disarankan hal sebagai berikut:
1.    Diharapkan kepada guru yang mengajar biologi agar dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diawali pretest dalam proses pembelajaran disamping model lain, karena model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat memberikan pemahaman materi yang sulit kepada siswa.
2.    Diharapkan kepada guru agar lebih mengontrol dan disiplin waktu.
3.    Kepada peneliti lain yang tertarik dan berminat melakukan penelitian ini, diharapkan dapat mengembangkan pada materi pelajaran yang lain.
   
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Gusti Ngurah. 2011.Manajemen Penulisan Skripsi,Tesis dan disertasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
                                  2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
                                  2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
                                  2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan tinggi Direktorat Ketenagaan.
Farhan. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing. http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html. Diakses pada Tanggal 6 Mei 2012.
Ferry, Darma. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif  Tipe Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Adabiah Padang. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: FMIPA UNP.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Hendri, Wince. 2008. Biologi Dasar dan Mikroteknik Laboratorium. Padang: Bung Hatta University Press.
Hermanto, Bambang. 2012. Supertrik Biologi.  Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Lufri. 2005. Motodologi Penelitian. Padang : Negeri Padang University Press.
           2010. Strategi Pembelajaran Biologi Teori,Praktek, dan Penelitian. Padang: Negeri Padang University Press.
Piaw, Chua Yan. 2006. Kaedah dan Statistik Penyelidikan. Malaysia : Mcgraw-Hill.
Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Robin. 2012. Hakekat Pembelajaran Biologi. http://robincom.com/ 2012 /04/ pembelajaran -hakikat -biologi.html. Diakses pada tanggal 25 Desember 2012.
Saleh, Abdul Rahman. 2011. Macam-macam Tes menurut waktu diberikannya.http://www.abdulrahmansaleh.com/2011/05/langkah-langkah-penyusunan-tes.html . Diakses pada tangga 27 mei 2012.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana.
Sari, Selvia Meta. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing yang diawali Tugas Rumah Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMAN 7 Padang. Skripsi tidak diterbitkan. Padang : FKIP Universitas Bung Hatta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sovia, Ezi.2010. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai Tugas Rumah Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X di SMAN 2 Koto XI Tarusan. Skripsi tidak diterbitkan. Padang : FMIPA UNP.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sudjiono, Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta : Insan Madani.
Suryabrata, Sumadi.2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Susanto, Pudyo. 2012. Pembelajaran Biologi.http://www.scribd.com/doc/69251 068/4/bab-ii-hakikat-pembelajaran-biologi. diakses pada tanggal 25 desember  2012
Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar Pendidikan. Padang : Negeri Padang University Press.
Sisdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.  Bandung: Citra Umbara.

Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohammad. 2012. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta : Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

»»  READMORE...

Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan

                                       Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan

                                                                Maiderawati1)  
                                                                (8136173012)
                                            1)    Mahasiswa Pendidikan Biologi

                                                Program Studi Pendidikan Biologi
                                                        Program Pascasarjana
                                                   Universitas Negeri Medan


ABSTRAK. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan kurikulum dalam proses pendidikan. Kurikulum merupakan produk dari perencanaan mengenai strategi pengalaman belajar yang disiapkan sedemikian rupa, perencanaan disusun secara struktur untuk sebuah mata pelajaran dan menjadi pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran, tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Kata kunci : Kurikulum, Pendidikan


PENDAHULUAN
Latar belakang

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama dari keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Melalui pendidikan nilai budaya bangsa harus dipelihara, dibina dan dikembangkan untuk meningkatkan harkat martabat manusia Indonesia (Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Pengantar Pendidikan (2008:29). Tujuan yang akan dicapai dalam proses pendidikan adalah kedewasaan rohani dan jasmani. Kedewasaan yang dimaksud adalah manusia yang bisa mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta kehidupan sebagai makhluk yang beragama.
Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan (2008: 31)Pendidikan akan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermamfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara masyarakat,dengan memilih isi (materi), strategi, kegiatan dan tekhnik yang sesuai.
Pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak ada yang mengendalikan jalannya proses pendidikan ini, yang mengendalikan jalannya proses pendidikan adalah kurikulum (Hasibuan (2010:20). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003).
Kurikulum lebih luas dari pada hanya bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan mata pelajaran (J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller, dalam Kartika, 2010). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis artikel dengan judul “Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan?”

Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan kurikulum dalam proses pendidikan.

PEMBAHASAN
Pengertian Kurikulum

Kata kurikulum bukan berasal dari bahasa indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin, kata dasarnya adalah “currere”, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Jadi “curriculum” semula berarti “a running course, or race corse, especially a chariot race course” yang berarti jalur pacum, lapangan tersebut ada garis start dan batas finish dan secara tradisional kurikulum disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang. Terdapat pula dalam bahasa perancis “courier” artinya “to run” atau berlari. Dalam lapangan pendidikan pengeertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai kelulusan (Sagala (2009:141).
Harold B. Alberty cs dalam Kartika (2010) memandang kurikulum sebagai all of the activities that the provided for the students by the school. Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar dan tidak diadakan pembatasan antara kegiatan di dalam dan di luar kelas.
Selanjutnya Soeparto menyatakan bahwa kurikulum bukan hanya dokumen yang berisi tujuan dan garis besar program pengajaran. Namun, makna kurikulum akan berarti setelah diterjemahkan secara relevan dalam bentuk proses belajar mengajar sebagai bentuk operasional sistem kurikulum.
Dewasa ini terdapat banyak sekali definisi kurikulum, yang kalau dipelajari secara mendalam ternyata dipengaruhi oleh filosofi atau aliran filsafat tertentu. Pertama, pakar kurikulum yang beraliran perenialisme mendefinisikan kurikulum sebagai ”subject matter” atau mata pelajaran, ”content” atau isi, dan ”transfer of culture” atau alih kebudayaan (Mustofa dari Said Hamid Hasan, dari Tanner dan Tanner, 1980: 104).
Kedua, pakar kurikulum yang menganut aliran essesialisme mendefinisikan kurikulum sebagai ”academic exellence” atau keunggulan akademis dan ”cultivation of intellect” atau pengolahan intelek. Persamaan kedua aliran tersebut sama-sama mengagungkan keunggulan akademis dan intelektualitas. Sedangkan perbedaannya, aliran perenialisme menitikberatkan pada tradisi intelektualitas Bangsa Barat, seperti membaca, retorika, logika, dan matematika, sementara aliran esensialisme mengutamakan disiplin akademis yang lebih luas seperti Bahasa Inggris, matematika, sains, sejarah, dan bahasa-bahasa modern.
Fungsi Kurikulum
Menurut Hendyat Soetopo Wasty Soemanto dalam Najah (2010) , kurikulum dapat dijelaskan ke dalam beberapa kepentingan dan fungsi.
a.    Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan
Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin di capai, oleh karena itu, fungsi kurikulum adalah sebagai alat atau media untuk mencapai tujuan pendidikan.
b.    Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa
Sebagai organisasi belajar (lerning organsatior) yang tersusun dengan cermat, kurikulum selalu di siapkan dan di rancang bagi siswa sebagai salah satu aspek yang akan di konsumsi siswa.Oleh karena itu, merancang kurikulum akan amat penting artinya bagi upaya pembentukan dan pembinaan karakter siswa agar mereka mandiri dan menjadi sosok yang yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat
c.    Fungsi kurikulum bagi para pendidik
Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi sebagai:
Ø    Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa.
Ø    Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai pengalaman bagi mereka.
Ø    Pedoman dalam megatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
d.    Fungsi kurikulum bagi pimpinan
Ø    Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise, yakni memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif.
Ø    Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi belajar  yang menunjang situasi belajar siswa kearah yang lebih baik.
Ø    Sebagai pedoman dalammelaksanakan fungsi supervisi  dalam memberikan bantuan pada kepada para guru dalam menjalankan tugas kependidikan mereka.
Ø    Sebagai seorang administrator maka kurikulum dapat di jadikan pedoman dalam mengembangkan kurikulum pada tahap selanjutnya.
Ø    Sebagai acuan bagi pelaksanan evaluasi agar proses  belajar mengajar dapat lebih baik.
e.    Fungsi kurikulum bagi orangtua siswa
Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua mereka dapat berperan serta dalam membantuh sekolah melakukan pembinaan terhadap putra putri mereka.Dengan mengacuh pada kurikulum sekolah di mana anak-anak mereka di bina,maka orang tua dapat memantau perkembangan informasi yang di serap anak mereka.
f.    Fungsi kurikulum pada sekolah tingkat atas
Kurikulum pada tingkat sekolah yang lebih rendah akan sangatberkait, dengan upaya perancangan kurikulum pada tingkat pendidikan selanjutnya. Pengelola sekolah setingkatSLTA misalnya, akan selalu mengacu pada rumusan kurikulum pada tingkat SLTP dalam perancangannya. Dengan kata lain, kesinambungan dan keterkaitan antara tingkatan pendidikan tadi dari sisi korelasi keilmuwan harus sinergis dalam rumusan kurikulum.
g.    Fungsi kurikulum pada masyarakat
Masyarakat dapat mengacu pada kurikulum yang di tetapkan lembaga pendidikan, untuk kepentingan memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak masyarakat. Masyarakat dapat memberiukan kritik dan saran yang konstruktif dalam penyempurnaan programpendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan kerja.
Hernawan, dkk (2011) menjelaskan bahwa fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fingsi kurikulum, yaitu:
1.    Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar bersifat well adjusted yaitu mampu menenyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2.    Fungsi integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakat.
3.    Fungsi diferensiasi (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4.    Fungsi persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya.
5.    Fungsi Pemilihan (the selective function)
Disini fungsi kurikulum memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih sesuai dengan minat dan kemampuan agar dia bisa mengembangkan kemampuannya secara optimal.
6.    Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum berfungsi untuk membantu memberikan pemahaman dan pengarahan kepada siswa agar ia dapat memahami dirinya dan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
Komponen Kurikulum
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisah dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Sebagi sebuah sistem , kurikulum mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru dikatan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkapsekarang dipandang sebagai kurikulum menjadi tidak sempurna. Adapun kurikulum pada prinsifnya terdiri dari empat macam komponen yaitu; tujuan, materi, metode dan evaluasi (Hasibuan, 2010:38)
 Gambar  1. Komponen Kurikulum yang saling Berkaitan


Sumber:Article by Rudi Susilana


Pengertian Pendidikan
    Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan (2008: 31) Pendidikan akan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermamfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara masyarakat,dengan memilih isi(materi), strategi, kegiatan dan tekhnik yang sesuai.
Sedangkan UUSPN No.20 tahun 2003 menjelaskan :
 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,pengendalian diri,  kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Masyarakat, Bangsa dan Negara”.
   
    Selanjutnya Tirtarahardja, dkk (2008:33) mengatakan bahwa pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskna arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena, orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya.
a.    Pendidikan sebagai proses transformasi budaya.
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain.
b.    Pendidikan sebagai proses pembentuka pribadi
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya keperibadian peserta didik. Sistematis oleh karena pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap bersinambungan (prosedural) dan sistemik oleh karena berlangsung dalam semua situasi kondisi, disemua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat).
c.    Pendidikan sebagai proses penyiapan warna negara
Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Tentu saja istilah baik disini bersifat relatif, tergantung kepada tujuan nasional dari masing-masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda-beda.
d.    Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk kerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja pada calon luaran.
e.    Defenisi pendidikan menurut GBHN
GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990:105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan
   
Setelah kita membahas tentang  pengertian kurikulum, fungsi kurikulum, komponen kurikulum serta pengertian pendidikan, disini akan kita bahas bagaimana kedudukan kurikulum tersebut dalam proses pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, kita mengenal tiga komponen utama, yakni (1) peserta didik, (2) guru, dan (3) kurikulum (Agus, 2012).
Dalam proses belajar mengajar, ketiga komponen tersebut terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para siswa juga tidak akan dapat secara optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik.
    Selanjutnya Syaodih (1988) dalam Ghufron (2008) mengatakan bahwa pada hakekanya pendidikan berintikan interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi edukatif tersebut bertujuan untuk mewujudkan aspek-aspek kurikulum yang berlaku menuju pada tercapainya tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Interaksi edukatif tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dimana kegiatan pendidikan terjadi.
Berdasarkan paparan diatas, kurikulum dapat dikatakan sebagai jantungnya kegiatan pendidikan. Artinya, aktivitas edukasi antar pendidik dengan peserta didik sangat dipengaruhi oleh muatan-muatan yang ada dalam kurikulum. Tanpa ada kurikulum kegiatan pendidikan mustahil tejadi. Dengan posisi tersebut kurikulum yang berlaku disuatu sekolah tentu saja sangat dipengaruhi oleh teori-teori pendidikan yang dipakai.
Pendidikan di lingkungan sekolah lebih terencana dan sistematis. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru, ia telah mempelajari ilmu, keterampilan dan seni sebagai guru. Ia juga telah dibina untuk memiliki kepribadian sebagai pendidik.  Mereka dibekali dengan berbagai kompetensi seperti kompetensi: kepribadian, sosial, profesional, dan pedagogis yang memang sangat diperlukan oleh seorang guru.











Di sekolah guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara sadar dan terencana berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengejar dengan tujuan yang jelas, bahan-bahan yang disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara dan alat-alat tang telah dipilih  dan dirancang secara cermat.
Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk. Ada yang dilakukan secara formal seperti kursus atau pelatihan; dan ada pula yang tidak formal seperti ceramah-ceramah, sarasehan, atau pergaulan hidup sehari-hari. Gurunya juga bervariasi mulai dari yang berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang menjadi guru hanya karena pengalaman.
Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, memiliki kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Kedua, pelaksana kegiatan pendidikan telah dipersiap-kan secara formal sebagai pendidik yang telah dibekali dengan berbagai macam kompetensi. Ketiga, kegiatan pendidikan dilaksanakan secara formal, terencana, dan diakhiri dengan kegiatan penilaian untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Keempat, interaksi berlangsung dalam situasi dan lingkungan tertentu dengan dukungan berbagai fasilitas yang diperlukan.
Adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis merupakan ciri utama pendidikan disekolah. Dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan sekolah (Mustofa).
Kalau kurikulum merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode dan alat, serta penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini selalu terjadi dalam lingkungan fisik, alam, social budaya, ekonomi, politik dan religi.
Kurikulum dalam pendidikan formal menempati posisi yang sangat strategis karena tanpa kurikulum pendidikan akan kehilangan jati diri, serta arah dan tujuan yang hendak diraihnya. Dalam pendidikan formal kedudukan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut.

Evaluasi
Kegiatan
Rencana Kegiatan (Kurikulum)
Evaluasi




Sumber: Article by Soeparto dan Lise Chamisijatin
     Gambar 3. Kedudukan Kurikulum dalam sistem pendidikan
Gambar tersebut menunjukkan bahwa kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan sebuah program yang didesain, direncanakan, dikembangkan, dan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan disekolah. Berkaitan dengan hal itu, kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas.
Sejalan dengan Syaodih (1988) dalam Hasibuan (2010:21) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk mengendalikan jalannya proses pendidikan. Berkaitan dengan posisi kurikulum yang demikian akan menjadi semakin dipandang penting apabila kurikulum itu dikembalikan kepada pengertiannya disebut bahwa kurikulum itu adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas sekolah yang dapat merangsang berkembangnya kegiatan pembelajaran siswa.
Hal ini menunjukkan berarti kurikulum menjadi tempat kembali dari semua kebijakan-kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah atau pemerintah. Jika batasan yang seperti ini digunakan, maka dengan sendirinya kedudukan atau posisi kurikulum di dalam keseluruhan proses pendidikan menempati posisi yang sangat sentral.
Dalam posisi yang sangat sentral, maka posisi kurikulum dapat dicontohkan seperti halnya posisi pemerintah pusat ditengah-tengah pemerintah daerah dalam suatu wilayah negara kesatuan. Pemerintah pusat dalam hal ini disebut menempati posisi yang sangat sentral, dimana setiap pemerintah daerah di negara kesatuan tersebut selalu berhubungan dan tergantung dengan pemerintah pusat, dan tidak akan ada satu daerah pun yang dapat melepaskan diri dari kebijakan pemerintah pusat. Dengan perbandingan seperti ini, posisi kurikulum dalam proses pendidikan dapat juga disebut menempati posisi inti, dimana semua kebijakan pendidikan yang diambil mulai dari tingkat yang paling makro sampai ke tingkat meso (menengah) dan mikro (sekolah) haruslah selalu mencerminkan kepentingan-kepentinga kurikulum (Hasibuan, 2010:21).
Atas dasar kepentingan kurikulum, maka jika dipandang perlu membangun gedung, hal itu harus dilakukan. Demikian pula aspek lain seperti; pengangkatan kepala sekolah, tenaga pengajar, karyawan, pengadaan media pendidikan, prasarana dan sarana pendidikan lainnya harus direncanakan dan  diupayakan sejalan dengan tuntunan dan kebutuhan kurikulum.
Posisi sentral kurikulum dalam proses pendidikan dapat juga dilihat dari posisi kurikulum dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Dalam posisi ini kurikulum dapat disebut sebagai “kontrak kerja” untuk transaksi pendidikan yang berlangsung diruan kelas. Sebagai kontrak kerja atau suatu “transaksi” pendidikan yang dilaksanakan diruang kelas, maka kurikulum dapat diibaratkan sebagai sebuah kendaraan (media) yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. Karena itu “kendaraan” yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan , mendorong kurikulum harus dapat diwujudkan dalam “suatu transaksi” dengan berbagai aspek dan komponen lainnya yang terdiri antara lain seperti; tenaga pendidik, anak didik, alat dan situasi pendidikan. Tenaga pengajar dan anak didik menjadi “motor” penggerak utama kurikulum. Sedangkan alat-alat dan situasi pendidikan menjadi faktor pendukung untuk kepentingan pencapaian keberhasilan dan pelaksanaan kurikulum.
Sejalan dengan itu Muliani (2012) mengemukakan bahwa kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembang kurikulum berbagai instusi pendidikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum memilki peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, dan kurikulum menduduki posisi yang sangat sentral dalam proses pendidikan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan  kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah:
1.    Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
2.    Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
3.    Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA



Agus, Herdiansyah. 2012. Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan. http://herdiansyahagus.blogspot.com/2012/03/kedudukan-kurikulum-dalam-proses.html. Diakses pada tanggal 8 September 2013.
Amelia, Rizki. 2011. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan. http://itarizki.blogspot.com/2011/05/kedudukan-kurikulum-dalam-pendidikan.html. diakses pada tanggal 7 September 2013.
Ghufran, Anik.2008. Filsafat Pengembangan Kurikulum. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Prof.%20Dr.%20Anik%20Ghufron,%20M.Pd./Fondasia%20-%20Filsafat%20Pengembangan%20Kurikulum.pdf. Diakses pada tanggal 7 September 2013.

Hernawan,Asep Herry dan Rudi Susilana. 2011. Konsep Dasar Kurikulum. http://kurtek.upi.edu/psb/wp-content/uploads/2011/04/Modul-1-Konsep.pdf. diakses pada tanggal 6 September 2013.
Kartika, made. 2010. Pengertian Peranan Dan Fungsi Kurikulum. http://astawan.files.wordpress.com/2010/06/kurikulum-1.pdf. diakses pada tanggal 6 September 2013.
Muliani, Aninda. 2012. Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan. http://justaninda.blogspot.com/2012/08/kedudukan-kurikulum-dalam-proses.html. Diakses pada tanggal 8 September 2013.
Mustofa. Kajian Kurikulum. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Mustofa,%20S.Pd.,M.Sc./MODUL%20KAKUBUTEKS%20EKONOMI.pdf. Diakse pada tanggal 5 September 2013.
Najah, Shofiyatun. 2010. Fungsi Kurikulum. http://alianajah.files.wordpress.com/2010/02/fungsi-kurikulum.pdf. Diakses pada tanggal 5 September 2013.
.
.
Soeparto dan Lise Chamisijatin. Hakikat Kurikulum. http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/Pengembangan%20kurikulum/BAC/pengembangan_kurikulum_1.pdf. Diakses pada tanggal 6 September 2013.
»»  READMORE...

Fotosintesis

                                                                     Fotosintesis

                                                                     Maiderawati1)  
                                                                      (8136173012)
                                                 1)    Mahasiswa Pendidikan Biologi

                                                    Program Studi Pendidikan Biologi
                                                             Program Pascasarjana
                                                           Universitas Negeri Medan

ABSTRAK. Tujuan penulisan artikel ini adalah menjelaskan pengertian fotosintesis, tempat terjadi fotosintesis, perangkat fotosintesis, mekanisme fotosintesis dan faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan ialah kemampuan untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tuuh tanaman. Peristiwa ini berlangsung jika ada cukup cahaya. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

Kata kunci: Fotosintesis 

Pendahuluan

Fotosintesis berasal dari kata foton cahaya, sintesis penyusunan. Fotosintesis adalah peristiwa penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik (air, karbondioksida) dengan pertolongan energi cahaya matahari (Harahap (2012:105).
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.

Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Mustahib:2010).
Untuk berlangsungnya proses fotosintesis ada Perangkat fotosintesis, yaitu: Pigmen, Kloroplas, Fotosistem, dan Membran dan organel fotosintesis. Proses fotosintesis terjadi dua tahap yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses fotosintesis, diantaranya: intensitas cahaya, tahap pertumbuhan, suhu, umur jaringan, karbondioksida.
Tujuan
1.    Menjelaskan pengertian fotosintesis
2.    Menjelaskan tempat terjadi fotosintesis
3.    Menjelaskan perangkat fotosintesis
4.    Menjelaskan mekanisme fotosintesis
5.    Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis

Pembahasan
Fotosintesis berasal dari kata foton cahaya, sintesis penyusunan. Fotosintesis adalah peristiwa penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik (air, karbondioksida) dengan pertolongan energi cahaya matahari (Harahap (2012:105).
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Mustahib:2010).
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan ialah kemampuan untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tuuh tanaman. Peristiwa ini berlangsung jika ada cukup cahaya, dan oleh karena itu maka asimilasi zat karbon disebut juga fotosintesis (Dwidjoseputro (1985:6).
Pengubahan energi sinar menjadi energi kimia (karbohidrat) dan kemudian pengubahan energi kimia ini menjadi energi kerja pada peristiwa pernapasan pada tubuh tumbuhan, hewan, atau manusia itu merupakan rangkaian proses kehidupan di dunia ini.


                    (http://biologi.blogsome.com/2010/07/18/fotosintesis/)
Tempat terjadi fotosintesis
·    Daun
 
Sebagian besar tumbuhan berdaun hijau. Ini disebabkan tumbuhan berisi pigmen hijau atau zat warna yang disebut zat hijau daun (chlorofil). Hanya di bawah permukaan atas dari daun yang merupakan lapisan-lapisan dari sel-sel khusus, dikenal sebagai sel pagar. Di dalam masing-masing sel terdapat kotak yang sangat kecil berbentuk piringan hitam, disebut chloroplast. Chloroplast ini penuh zat hijau daun.
Perangkat fotosintesis

                                         (http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis)Struktur kloroplas:
1. membran luar
2. ruang antar membran
3. membran dalam (1+2+3: bagian amplop)
4. stroma
5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)
6. membran tilakoid
7. granum (kumpulan tilakoid)
8. tilakoid (lamella)
9. pati
10. ribosom
11. DNA plastida
12. plastoglobula
·    Kloroplas
Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran. Membran stroma ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.
·    Pigmen
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.
·    Fotosistem
Fotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron. Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.
·    Membran dan organel fotosintesis
Protein yang mengumpulkan cahaya untuk fotosintesis dilengkapi dengan membran sel. Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di organel yang disebut kloroplas. Satu sel tumbuhan biasanya memiliki sekitar 10 sampai 100 kloroplas. Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran dalam fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran antara kedua membran itu. Di dalam membran terdapat cairan yang disebut stroma. Stroma mengandung tumpukan (grana) tilakoid, yang merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis. Tilakoid berbentuk cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis adalah membran tilakoid, yang mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal, termasuk membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem.
Mekanisme Fotosintesis

                                    (http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis)
Fotosintesis Terjadi Dua Tahap :
1. Reaksi Terang (Reaksi fotokimia atau fotolisis) : Tahap ini energi matahari ditangkap oleh pigmen (Klorofil) diubah menjadi energi kimia (ATP) dan senyawa pereduksi (NADPH2) Tahap ini dikenal dengan REAKSI TERANG atau REAKSI HILL. Pada reaksi ini H2O diurai menjadi 2H+ dan ½O2. Molekul H+ dipakai untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH2
Reaksi ini berlangsung di grana    H2O + NADP ——→ ½O2 + NADPH2 + ATP
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti.
Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an.
Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen. Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.
2. Reaksi Gelap (Fiksasi CO2) : Pada tahap ini senyawa kimia berenergi tinggi (NADPH2 dan ATP) yang dihasilkan pada reaksi terang digunakan untuk reaksi reduksi CO2 menjadi Amilum. Reaksi ini berlangsung di stroma     CO2 + RuBP —–→ Amilum.
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).
Reaksi gelap harus diawali terlebih dahulu dengan reaksi terang karena semua bahan bauk yang diperlukan dalam reaksi gelap dihasilkan oleh reaksi terang. Reaksi gelap tidak harus berlangsung pada malam hari. Kata "gelap" disini hanya menggambarkan bahwa reaksi gelap ini tidak memerlukan cahaya matahari dalam prosesnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis
a.    Respon fotosintesis terhadap intensitas cahaya
Cahaya mutlak dibutuhkan sebagai energi penggerak fotosintesis, namun
demikian tingkat kebutuhan antar kelompok tumbuhan akan berbeda. Tidak pada
setiap kondisi meningkatnya intensitas akan diikuti atau menyebabkan meningkatnya laju fotosintesis. Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan cahaya, terutama antara tumbuhan tipe C-3 dan C4.
b.    Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
c.    Suhu
Sifat lain tumbuhan C-4 adalah lebih toleran di lingkungan dengan suhu yang panas. Kisaran suhu optimum untuk fotosintesis tumbuhan C-4 ( lebih tinggi daripada tumbuhan C-3.
d.    Umur jaringan
Selain faktor intensitas cahaya, umur daun sangat menentukan produktivitas
daun dalam aktivitas fotosintesisnya. Kapasistas kemampuan daun melakukan fotosintesis berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaan daun mencapai perkembangan dan pertumbuhan optimalnya. Pada fase awal pertumbuhannya, daun muda masih menggatungkan asimilat dari daun dewasa lainnya (mengimport).
e.    Karbondioksida (CO2)
Konsentrasi CO2 sebagai salah satu prekursor atau bahan dasar asimilasi karbon tentu akan sangat berpengaruh pada produktivitas fotosintesisnya. Tumbuhan menunjukkan kemampuan nya dalam memfiksasi CO2 yang berbeda-beda. Perbedaan ini sangat menyolok antara tumbuhan tipe C-3 dengan C-4.
Penutup
Kesimpulan
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Untuk berlangsungnya proses fotosintesis ada Perangkat fotosintesis, yaitu: Pigmen, Kloroplas, Fotosistem, dan Membran dan organel fotosintesis. Proses fotosintesis terjadi dua tahap yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis, diantaranya: intensitas cahaya, tahap pertumbuhan, suhu, umur jaringan, karbondioksida.

Referensi
Agrotek Natuna.2012. http://agroteknatuna.blogspot.com/2012/12/perbedaan-reaksi-gelap-dan-reaksi-terang.html
Drs. Suyitno Al. MS2. : Faktor-faktor Fotosintesi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis
http://marwanard.blogspot.com/2011/11/fotosintesis.html
Media belajar biologi dan TIK. http://darmadi.disdikporabna.com/?page_id=155
Mustahib. 2010. http://biologi.blogsome.com/2010/07/18/fotosintesis/


»»  READMORE...

Jenis-jenis Kurikulum

                                                              Jenis-jenis Kurikulum

                                                                   Maiderawati1)  
                                                                  (8136173012)
                                              1)    Mahasiswa Pendidikan Biologi


                                                 Program Studi Pendidikan Biologi
                                                       Program Pascasarjana
                                                     Universitas Negeri Medan


ABSTRAK. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan jenis-jenis kurikulum serta kelemahan dan kelebihan dari masing-masing jenis kurikulum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Ada beberapa jenis kurikulum, jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis kurikulum yaitu, open curriculum, close curriculum, guide curriculum. Sedangkan  Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada tiga yaitu, separate subject curriculum, correlated curriculum, dan intergrated curriculum.
Kata kunci: Jenis-jenis kurikulum

PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam rangka membantu peserta didik dalam menguasai materi pengajaran dan mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Dengan demikian, setiap pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu baik pada penguasaan ilmu pengetahuan, pengembangan pribadi, komunikasi sosial dan kemampuan kerja. Oleh karenanya dalam mencapai
tujuan pendidikan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar peserta didik, maka diperlukan kurikulum, metode penyampaian, media dan sumber belajar serta alat evaluasi yang tepat.
Untuk memberikan gambaran komprehensif tentang model kurikulum yang dikembangkan pada sekolah, perlu dideskripsikan makna dan urgensi kurikulum dalam pendidikan, pendekatan dan orientasi kurikulum dimaksudkan untuk memudahkan anak belajar. Selain itu kurikulum juga menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajarinya, keseimbangan bahan pelajaran dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan. Adapun organisasi atau desain kurikulum bertalian erat dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kurikulum akan membantu kita untuk dapat mengajar secara lebih efektif dan sistematis dengan materi serta metode yang telah dipersiapkan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sebelum mengenal lebih jauh tentang kurikulum maka kita harus mengetahui jenis-jenis kurikulum tersebut, oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas tentang jenis-jenis kurikulum.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belang yang telah dikemukakan adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.    Apa saja jenis-jenis kurikulum?
2.    Apakah keunggulan dan kelemahan dari masing-masing jenis kurikulum tersebut?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan maslah yang telah dikemukakan adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.    Menjelaskan jenis-jenis kurikulum.
2.    Menjelaskan keunggulan dan kelemahan dari masing-masing jenis kurikulum.
PEMBAHASAN
A.    Jenis-jenis kurikulum
Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis kurikulum sebagai berikut:
·    Open curriculum (kurikulum terbuka), artinya kurikulum = guru. Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.
·    Close curriculum (kurikulum tertutup), artinya kurikulum sudah ditentukan secara pasti mulai tujuan,materi, metode dan evaluasinya, sehingga guru tinggal melaksanakan apa adanya.
·    Guide curriculum (kurikulum terbimbing), artinya kurikulum setengah terbuka, setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum, akan tetapi guru masih diberi kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut dalam kelas.
Sedangkan  Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga),  yaitu:
1.    Separate Subject Curriculum
Separate subject curriculum adalah jenis organisasi kurikulum yang terdiri atas mata pelajaran yang terpisah-pisah. Istilah lain dari kurikulum ini ialah kurikulum mata pelajaran terpisah atau tidak menyatu, dikatakan demikian karena data-data pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subject atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya.
Penyusunannya didasarkan atas pengalaman dan kebudayaan umat manusia sepanjang masa, lalu disederhanakan dan disusun secara logis, kemudian disesuaikan dengan umur dan perkembangan anak didik. Pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman itu dituangkan ke dalam kurikulum dari suatu lembaga pendidikan (Sekolah); dibagi-bagi menurut keperluan setiap tingkatan kelas serta ditentukan scopenya masing-masing.
Separated subject curriculum telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih banyak dipertahankan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh bidang studi maupun oleh guru kelas.
Pada zaman Romawi ada mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik yang terdapat dalam The Seven Liberal Arts yang terbagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok berisikan tiga dan empat mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah yaitu kelompok  Trivum yang berisikan tiga mata pelajaran, gramatik, retorika, dan logika. Kelompok yang lain adalah kelompok Quadrium yang berisikan empat mata pelajaran yaitu; aritmatika, geometri, astronomi dan musik.
Kemudian tiap-tiap mata pelajaran tersebut berkembang menjadi anak cabang ilmu pengetahuan induknya dan berdiri sendiri atau bahkan menjadi prerequisite (prasyarat) untuk mata pelajaran yang berkembang berikutnya. Contoh mata pelajaran prerequisite dalam mata pelajaran yang berkembang berikutnya dapat mempelajari writing (menulis), terlebih dahulu harus paham structure (tata bahasa), vocab (kosa kata) dan reading (membaca).
Vocab adalah prerequisite (prasyarat) dari reading, structure adalah prasyarat dari writing. Contoh lain, ilmu pendidikan berkembang menjadi pendidikan historois, pendidikan nasional, pendidikan sosial dan seterusnya. Bidang psikologi berkembang dari psikologi umum beranak cabang menjadi psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi dalam dan sebagainya.
Dalam organisasi separated subject curriculum, yang memisah-misahkan mata pelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap mata pelajaran  dapat berkembang menjadi berbagai anak cabang ilmu pengetahuan, anak cabang ilmu pengetahuan   berkembang menjadi cucu cabang dan seterusnya yang pada Untuk penyusunan kurikulum selanjutnya para penyusun membagi-bagi berbagai kelompok mata pelajaran tersebut menjadi bagian-bagian/ jurusan-jurusan, program-program, sedang peserta didik dipersilahkan untuk memilih bagian-bagian/ jurusan-jurusan, program-program yang sesuai dengan minatnya. Sungguhpun demikian penyelenggaraan dan pelaksanaan mata pelajaran masih tetap terpisah-pisah sesuai dengan organisasi separated subject curriculum.
Akhirnya peserta didik tidak mampu lagi untuk mempelajari semuanya. Untuk mengatasi hal yang sedemikian maka berbagai mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu sehingga terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan berbahasa, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta yang masing-masing kelompok tersebut berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang pengetahuan yang lebih rinci lagi.

2.    Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling    Berhubungan)
Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi yang lain. Jadi di sini mata pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya, ditempuh dengan cara-cara korelasi antara lain:
·    Korelasi okasional atau incidental, yaitu korelasi yang diadakan sewaktu-waktu bila ada hubungannya.
·     Korelasi etis, yaitu yang bertujuan mendidik budi pekerti sebagai pusat pelajaran diambil pendidikan agama atau budi pekerti.
·    Korelasi sistematis, yaitu yang mana korelasi ini disusun oleh guru sendiri.
·    Korelasi informal, yang mana kurikulum ini dapat berjalan dengan cara antara beberapa guru saling bekerja sama, saling meminta untuk mengkorelasikan antara mata pelajaran yang dipegang guru A dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru B.
·    Korelasi formal, yaitu kurikulum ini sebenarnya telah direncanakan oleh guru atau tim secara bersama-sama.
·    Korelasi meluas (broad field), di mana korelasi ini sebenarnya merupakan fungsi dari beberapa bidang studi yang memiliki ciri khas yang sama dipadukan menjadi satu bidang studi.
Sifat hubungan ada berbagai macam. Ada yang bersifat timbale balik, sebab akibat, ada yang dihubungkan dengan sengaja, tetapi ada juga hubungan yang secara kebetulan. Dalam pengorganisasian kurikulum secara separated dirasa banyak kelemahannya, maka dicari pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau sub pokok bahasannya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama.
1) Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis, misalnya:
a.    Dalam bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran: membaca, tata bahasa, mengarang, bercerita dan sebagainya.
b.    Dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata pelajaran:: pisika, kimia, biologi, dan sebagainya
c.    Dalam bidang studi ilmu sosial, berbagai mata pelajaran: sejarah, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.
d.    Dalam bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran: aljabar, ilmu hitung, ilmu ukur, dan sebagainya.
2)   Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis, misalnya: pembahasan pokok bahsan “Candi Borobudur”. Untuk membahasa candi Borobudur perlu pembahasan mengenai:
a.    Letak candi : dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi
b.   Letak dan siapa yang mendirikan: dibahas oleh mata pelajaran sosiologi,    antropologi dan sejarah.
c.   Pemilihan batu untuk candi: dibahas olehmata pelajaran ilmu alam
d.   Bentuk candi: dibahas oleh ilmu arsitek
e.   Kedatangan turis(luar/dalam negeri): dibahas oleh mata pelajaran ilmu pariwisata.
f.   Beli souvenir: dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan sebagainya.
3.    Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
Integrated curriculum (kurikulum terpadu) yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi (perpaduan) dari beberapa mata pelajaran  sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema tertentu.
B.    Keunggulan dan Kelemahan masing-masing jenis kurikulum
1.    Separate Subject Curriculum
Keunggulan separate subject curriculum adalah sebagai berikut:
a.    Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum.
b.    Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan berkesinambungan, hal ini karena setiap bahan telah disusun dan diuraikan secara sistematis dan logis dengan mengikuti urutan yang tepat yaitu dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks.
c.    Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah direncanakan dan mudah dilaksanakan dan mudah juga diadakan perubahan jika diperlukan. Adanya kesederhanaan itu sangat diperlukan karena hal itu jelas akan menghemat tenaga sehingga menguntungkan baik dari pihak pengembang kurikulum itu sendiri maupun guru atau satuan pendidikan untuk melaksanakannya.
d.    Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya. Karena kurikulum ini terutama bertujuan untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan maka hal itu dapat dengan mudah diketahui hasilnya yaitu dengan melakukan pengukuran yang berupa tes.

Kelamahan-kelemahan separate subject curriculum adalah sebagai berikut ini:
a.    Perkembangan dan pertumbuhan anak tidak harmonis.
b.    Kurang memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi anak secara factual dalam kehidupan mereka sehari-hari
c.     Cenderung statis dan ketinggalan zaman
d.    Kurikulum bentuk ini sangat terbatas, karena hanya menekankan pada perkembangan intelektual dan kurang memperhatikan factor-faktor lain.

2.    Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling Berhubungan)
Adapaun keunggulan dari Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling Berhubungan) adalah sebagai berikut:
a.    Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran yang dapat menopang kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik berhubung mereka menerimanya tidak secara terpisah-pisah.
b.    Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran memungkinkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya secara fungsional. Hal ini disebabkan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
c.    Bahan pelajaran yang disajikan akan lebih dipahami
d.    Pemahaman murid tentang bahan yang diajarkan akan lebih luas
e.    Minat murid untuk mempelajari bahan pelajaran bertambah sehingga ia pun dapat mengasosiasikan pengetahuan yang dieprolehnya
f.    Bahan yang disajikan lebih jelas dan lebih bermanfaat dalam kehidupannya.
Kelemahan-kelemahan dari correlated curriculum ini adalah sebagai berikut:

Kurikulum bentuk ini pada hakekatmya masih bersifat subject contered dan belum memilih bahan yang langsung dengan minat dan kebutuhan peserta didik serta masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dengan lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam.

3.   Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
Kurikulum Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)  memiliki keunggulan sebagai berikut:
a)     Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum unit bertalian erat dengan yang lain
b)    Kurikulum ini sesuai dengan teori tentang belajar yang mendasarkan berbagai      kegiatan pada pengalaman, kesanggupan, kematangan dan minat peserta didik
c)    Adanya hubungan erat antara sekolah dan masyarakat
Kelemahan dari kurikulum ini:
a.  Kuirkulum ini tidak mempunyai organisasi yang logis dan sistematis.
b. Pelaksanaan kurikulum bentuk ini amat repot.
c. Dengan kurikulum bentuk ini tidak dapat dimungkinkan adanya ujian umum.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis kurikulum sebagai berikut:
1.    Open curriculum (kurikulum terbuka)
2.    Close curriculum (kurikulum tertutup)
3.    Guide curriculum (kurikulum terbimbing)
Sedangkan  Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga),  yaitu:
1.    Separate Subject Curriculum
2.    Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling    Berhubungan)
3.    Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
Masing-masing jenis kurikulum tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan.
Referensi
Andesnata, Putra. 2012. Jenis-jenis kurikulum. https://sites.google.com/site/putraan desnata/jenis-kurikulum. Diakses pada tanggal 24 Juli 2013.
Indasari, Miftha. 2013. Perkembangan kurikulum Indonesia. http://tulisanpendidikan.wordpress.com/2013/03/05/perkembangan-kurikulumdi indonesia/ . Diakses pada tanggal 24 Juli 2013
Makalah elektronik. 2013. Jenis Kurikulum Pendidikan. http://www.emakalah.com/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikanjenis.html. Diakses pada tanggal 24 Juli 2013
Pranata, Zudi. 2013. Model dan Jenis Kurikulum. http://zudipranata.blogspot.com /2013/03/model-dan-jenis-kurikulum.html. Diakses pada tanggal 24 Juli 2013
 Zamroni, M. 2012. Jenis-jenisKurikulum.  http://blog.umy.ac.id/bagusjihad/files/2012/11/jenis-jenis-kurikulum.pdf. Diakses pada tanggal 24 Juli 2013





»»  READMORE...